Minggu, 01 Januari 2012

Pengalaman Pribadi 2


Menurut pendapat saya melakukan jiwa sosial sangat di perlukan dari sejak dini, kita   harus menerapkan untuk para generasi muda khususnya agar diterapkannya di dalam hati. Agar     tidak berakibat fatal ke depannya. Kini masih banyak kita liat korupsi  dimana mana, itu akibatnya mereka tidak menerapkan jiwa ke sosialan mereka sejak dini. Apa kita sebagai generasi muda akan mengikutinya? Tentu tidak. Kita harus bisa merubah bangsa Indonesia ini menjadi lebih baik dengan cara menerapkan jiwa sosial kita mulai saat ini.

Suatu pengalaman pribadi saya melakukan kegiatan sosial untuk membantu para saudara  kita di palestina yang sedang gencar-gencarnya di perangi oleh Israel. Sebagai kaum muslimin sudah sepantasnya kita membantu para saudara kita disana, walaupun tidak banyak setidaknya saya sudah berusaha dengan maksimal untuk membantu.  Saya mengerjakan kegiatan sosial ini   tidak sendirian, karena saya fikir tidak mungkin bisa melakukan ini dengan tangan saya sendiri. Akhirnya kita bersama sepakat melakukan kegiatan sosial ini dengan cara mempertandingan sepak bola antara SMA, dengan menjualkan tiket tiket pertandingan ke sekolah sekolah yang akan bertanding. Karena dengan cara itu bisa mendapatkan hasil yang lumayan untuk kita sumbangkan ke palestina.

Itulah mungkin sedikit pengalaman pribadi saya yang bisa saya ceritakan. Tidak sulit    menerapkan jiwa kesosialan di dalam hati, asalkan kita niatktkan pasti kita bisa. Khususnya kita para generasi muda yang akan memimpin Negara ini ke depannya, sudah sepantasnya kita        terapkan jiwa sosial kita dari sekarang. Jika tidak apa yang akan terjadi pada Negara ini akan ke depannya, pasti banyak kemiskinan di mana mana dan kelaparan di mana mana.

Pengalaman Pribadi


Hari ini tepatnya tanggal 21 desember 2010, seluruh angkatan sma  saya bergegas  dan berbondong – bondong dengan semangatnya untuk menuju ke kota Garut yaitu tepatnya di daerah Kampung Naga. Kita sepakat untuk memilih tempat itu karena kami ingin  melakukan field studi sekaligus melaksanakan kegiatan bakti sosial disana.
Perjalanan menuju Kampung Naga sangat tidak mudah. Karena letaknya tidak strategis dan di tambah jalan yang berkelok – kelok. Dari jalan besar saja kita harus berjalan kaki lagi kira – kira hampir 5 km untuk sampai di Kampung Naga. Bukan karena apa – apa, karena daerah mereka sangat tidak terima dengan budaya dari dunia luar, mereka tidak ingin budaya mereka tercampur oleh budaya dari dunia luar. Sedikit cerita saja disana belum terbiasa dengan adanya listrik, mereka masih menggunakan aki untuk menyalakan segala sesuatu yang berhubungan dengan listrik, maka dari pada itu salah satu dari kita kalau ada Handfone yang lowbet, kami harus berganti – gantian untuk mencharger handfone kami. Oh iyaaa disana juga terdengar kabar bahwa mereka menggunakan HANDFONE  hanya untuk kepentingan saja, hampir tidak ada yang memiliki HANDFONE.
Disana juga ada yang namanya kepala suku atau istilahnya pemimpin, dari turun temurun harus selalu ada yang namanya kepala suku, jika tidak Kampung Naga ini akan hancur. Kepala suku ini harus bertanggung jawab jika wilayahnya di injak oleh seseorang yang tidak di kenal. Maka dari pada itu Kampung Naga sampai saat ini masih terjaga kealamiannya. Disana juga diterapkan adanya puasa berbicara, tujuannya untuk mencegah kata – kata yang kasar. Saya hampir tidak percaya dengan adanya puasa berbicara, pikiran saya daerah ini menganut agama apa, ternyata tanpa saya duga agama islam disini sangat kuat. Mereka menerapkan agama islam sangat ketat sekali. Mulai dari dini anak – anak mereka di tuntun agar mengabdi pada agama islam. Seluruh penduduk disana rata – rata bermata pencaharian bercocok tani setiap harinya. Dan sebagian hasil taninya mereka jual ke kota untuk biaya hidup mereka.
Banyak cerita disana yang tidak bisa saya ceritakan satu per satu, saya mendapatkan pengalaman yang tak berharga ketika saya berada disana. Mulai dari bergotong royong, saling memperhatikan orang di sekitar. Seluruh angkatan saya pun sepakat untuk menyisihkan sedikit uang untuk kita kasihkan ke penduduk disana.
Memang benar kita hanya bisa membantu sedikit untuk kegiatan sosial ini, tapi setidaknya kita mempunyai niatan positif untuk membantu sesama yang membutuhkan. Jangan menjadi tempurung dalam cangkang, yang saat nya dia Berjaya, dia memasang muka seakan – akan tidak tahu apa – apa.  Saya berfikikr memang banyak suku, ras, dan budaya yang ada di Indonesia, tapi sudah sepantasnya pemerintah memikirkan untuk daerah – daerah yang terpencil. Bukan hanya Kampung Naga saja, masih banyak di luar sana  yang hampir sama dengan Kampung Naga.
Itu sedikit pengalaman bakti sosial saya di daerah Kampung Naga yang mempunyai arti banget di hidup.

Nama : Ferdy Robiyanto
Kelas : 1KA12
NPM : 12111825